Laman

Berita Terkini : Film Indonesia

Minggu, 19 Desember 2010

Wikileaks: Barbara Streisand, Manifesto Hacker dan Indoleaks


Jakarta - "Censorship is advertising paid by the government", demikian pernah dikalamkan oleh Frederico Fellini, seorang sutradara film Italia. Dan hal tersebut bukan isapan jempol belaka. Apapun, di penjuru manapun, ketika diputuskan oleh pemerintah otoriter untuk dihapus, disensor, diblokir atau difilter, di situlah orang justru makin tertarik dan berlomba-lomba mencari dan menyebarkannya, dalam sunyi ataupun terang-benderang hingar binger.

Dan ketika Wikileaks mendapatkan 'serangan' yang sedemikian dahsyat dari pemerintah (yang konon embahnya demokrasi) Amerika Serikat (AS), maka terjadilah apa yang disebut dengan istilah Streisand’s Effect. Maksudnya, ketika suatu pihak mencoba menghapus, menyensor, memblokir atau memfilter potongan informasi tertentu, maka yang terjadi adalah justru informasi tersebut mendapat perhatian yang jauh lebih luas dan diburu orang, ketimbang saat awalnya.

Ya, dan kini Wikileaks punya 1368 mirror yang disediakan oleh simpatisannya di seluruh dunia! Tentu saja ini juga gara-gara ulah Amazon.com yang mengusir Wikileaks dari layanan hosting-nya.

Istilah Streissand’s Effect sebenarnya diangkat dari peristiwa ketika pesohor Barbara Streisand pada 2003 mengajukan tuntutan sebesar USD 50 juta kepada aktifis lingkungan Kenneth Adelman. Tuntutan tersebut berawal dari dimuatnya foto rumah mewah Streissand di kawasan pesisir pantai Malibu di situs informasi tentang konservasi alam, CaliforniaCoastline.org.

Streissand merasa hak privasinya dilanggar karena pemuatan foto tersebut, yang notabene hanyalah 1 dari 12 ribu foto terkait dengan kegiatan konservasi pesisir. Walhasil, tuntutan tersebut justru menimbulkan gelombang penasaran orang yang kemudian berbuntut pada diburu dan disebarluaskannya foto-foto rumah Streisand oleh banyak orang.

Kebebasan Berekspresi

Wikileaks, sebagai sebuah fenomena, adalah jelas menggugah semangat dari komunitas underground. Manifesto Nurani Hacker yang untuk kali pertama dimuat oleh majalah Phrack edisi 25 September 1986, secara jelas melantangkan protes:

"…..kalian membohongi kami dan mencoba meyakinkan kami bahwa semua itu demi kebaikan kami, tetap saja kami yang disebut kriminal. Kejahatanku adalah rasa keingintahuanku. Kejahatanku adalah karena menilai orang lain dari apa yang mereka katakan dan pikirkan, bukan pada penampilan mereka. You may stop this individual, but you can't stop us all....."

Tindakan 'menghabisi' Wikileaks oleh pemerintah AS, dan konco-konconya, kontan mendapatkan tentangan dari mereka yang memperjuangkan kebebasan berekspresi dan berinformasi. Sejumlah komunitas underground yang menyebut dirinya The Anonymous, sempat melumpuhkan beberapa waktu server situs milik Mastercard, Visa dan Paypal dengan serangan distributed Denial of Services (dDos) hingga sebesar 10 Gigabits per detik!

Lantarannya, ketiga lembaga keuangan tersebut lebih memilih tunduk pada tekanan pemerintah AS untuk membekukan kerjasama dengan WIkileaks untuk mempersempit aliran donasi dari para simpatisan.

Bahkan Facebook dan Twitter, pun memilih jalan aman, dengan menghapus akun Wikileaks dan simpatisan aliran kerasnya. Contohnya, akun milik “Anon_Operation” yang menjalankan serangan dengan kode Operation Payback tersebut, kini dalam keadaan suspended. Ironis sekali, bahwa di satu sisi kita bisa menggunakan Facebook dan Twitter sebagai platform untuk mengkampanyekan kebebasan berekspresi dan berinformasi, tetapi di sisi lain platform tersebut ternyata tidak (terlalu) pro pada hal tersebut.

Sejumlah perlawanan dengan cara halus juga dilakukan oleh banyak organisasi masyarakat sipil dunia. Sebutlah semisal Electronic Frontier Foundation (eff.org) yang mencanangkan gerakan "Say No to Online Censorship!" Kemudian ada pula dari organisasi Article19 (article19.org) dan OpenNet Initiative, yang sama-sama mengkampanyekan kebebasan berekspresi dan berinformasi di ranah maya.

Inilah salah satu bentuk manifestasi dari semangat perlawanan rakyat atas tindakan otoriter (pemerintah) dalam membendung informasi. Semangat ini bak virus, menular dan menjangkiti siapapun, yang merasa bahwa big brother atau korporasi menyimpan berbagai kebusukan.

Untuk itu, saya juga ingin mengucapkan selamat datang kepada IndoLeaks.org. Terus perbaharui dan perbanyak koleksi dokumenmu. Telanjangi saja mereka yang telah menghianati amanat publik dan mencederai nurani rakyat karena melakukan dan menyimpan kebusukan. Dan kebusukan, apalagi di era informasi saat ini, menjadi bocor adalah keniscayaan. Tinggal tunggu waktu saja!

Sumber : detikinet

Tidak ada komentar:

Posting Komentar